Ketika seorang kawan saya bertanya kepada saya tentang meditasi, saya tak langsung menjawab pertanyaan itu bukan karena tidak tahu. Tapi karena saya kenal betul kawan yang satu ini, bahwa ia bukan tipe seorang yang suka pada penjelasan teoritis ataupun definisi formal, apalagi yang njlimet. Selama ini ia sering datang kepada saya untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahuinya. Katanya ia suka penjelasan praktis saya. Kali inipun ia tentu menginginkan hal yang sama, penjelasan praktis dari saya. Oke. Saya sudah menemukannya.
Saya ambil sebuah gelas kaca dan mengisinya dengan air putih, lalu saya minta tolong dia untuk mengambil sedikit pasir di luar. Sekembali dia, sambil menunjukkan gelas berisi air putih itu saya berkata : "Ini gambaran kondisi fikiran kita selagi tenang dan bersih. Lalu kita menjalani aktivitas seharian. Kita mengalami dan menemui banyak hal yang bisa menimbulkan tekanan, marah, kesal dan sensasi-sensasi lain yang membuat fikiran keruh seperti ini," kata saya sambil menaburkan pasir kedalam gelas. "atau mungkin bahkan kacau, seperti ini." lanjut saya sambil menggoyang gelas. Saya diam sebentar. Ia nampak serius memperhatikan penjelasan saya. "Oke. Sekarang kita biarkan gelas ini diam beberapa waktu dan kita amati bersama apa yang terjadi." kata saya sambil meletakkan gelas itu dimeja. Secara perlahan air di dalam kembali jernih karena semua pasir akhirnya mengendap di dasar gelas. "Jika kita memahami apa yang kita sakksikan dalam pengamatan tadi, kita akan memahami apa meditasi dan bagaimana mempraktekannya." kata saya kemudian. "Ya, saya faham," sahutnya, "Diamnya gelas mengendapkan pasir di dasar gelas." Dan saya dengar dia bergumam mengulang-ulang kata mengendapkan. " Mengendapkan, ya mengendapkan. Bukan mengosongkan." Kulihat ia nampak puas. Saya pikir, buat dia cukup memadai sebagai permulaan.
Kamis, 28 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar