Kamis, 28 Mei 2009

MEDITASI

Ketika seorang kawan saya bertanya kepada saya tentang meditasi, saya tak langsung menjawab pertanyaan itu bukan karena tidak tahu. Tapi karena saya kenal betul kawan yang satu ini, bahwa ia bukan tipe seorang yang suka pada penjelasan teoritis ataupun definisi formal, apalagi yang njlimet. Selama ini ia sering datang kepada saya untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahuinya. Katanya ia suka penjelasan praktis saya. Kali inipun ia tentu menginginkan hal yang sama, penjelasan praktis dari saya. Oke. Saya sudah menemukannya.
Saya ambil sebuah gelas kaca dan mengisinya dengan air putih, lalu saya minta tolong dia untuk mengambil sedikit pasir di luar. Sekembali dia, sambil menunjukkan gelas berisi air putih itu saya berkata : "Ini gambaran kondisi fikiran kita selagi tenang dan bersih. Lalu kita menjalani aktivitas seharian. Kita mengalami dan menemui banyak hal yang bisa menimbulkan tekanan, marah, kesal dan sensasi-sensasi lain yang membuat fikiran keruh seperti ini," kata saya sambil menaburkan pasir kedalam gelas. "atau mungkin bahkan kacau, seperti ini." lanjut saya sambil menggoyang gelas. Saya diam sebentar. Ia nampak serius memperhatikan penjelasan saya. "Oke. Sekarang kita biarkan gelas ini diam beberapa waktu dan kita amati bersama apa yang terjadi." kata saya sambil meletakkan gelas itu dimeja. Secara perlahan air di dalam kembali jernih karena semua pasir akhirnya mengendap di dasar gelas. "Jika kita memahami apa yang kita sakksikan dalam pengamatan tadi, kita akan memahami apa meditasi dan bagaimana mempraktekannya." kata saya kemudian. "Ya, saya faham," sahutnya, "Diamnya gelas mengendapkan pasir di dasar gelas." Dan saya dengar dia bergumam mengulang-ulang kata mengendapkan. " Mengendapkan, ya mengendapkan. Bukan mengosongkan." Kulihat ia nampak puas. Saya pikir, buat dia cukup memadai sebagai permulaan.

Selasa, 26 Mei 2009

PERJALANAN DIRI

Aku sekarang sedang berjalan menuju sebuah pintu gerbang. Akulah sang pejalan dan sekaligus jalan itu. Aku juga pintu gerbang yang diutuju. Aku adalah subyek sekaligus obyek perjalanan. Sebuah perjalanan tanpa langkah jauh. Perjalanan diri di dalam diri untuk mengenal diri. Diri yang sebenarnya hanyalah sebuah pintu gerbang untuk mengenal Sang Pencipta.
Jika anda bingung, lupakanlah semua ini. Tapi jika anda memahamiku, anda memahami diri anda sendiri.

Sabtu, 23 Mei 2009

KEPASRAHAN

Belum lama ini saya mengunjungi seorang kawan yang sedang sakit. Ia memang tak lagi terbaring di rumah sakit, tetapi sedang menjalani rawat jalan sejak dua bulan yang lalu. Tubuhnya sangat kurus tak menampakkan lagi kegagahannya dan kelihatan sangat menderita. Ia telah divonis gagal ginjal oleh dokter dan harus cuci darah dua kali seminggu. Kondisi kawan saya ini memang meprihatinkan. Sebagai seorang kawan saya tak bisa bebuat apa-apa kecuali mencoba menghiburnya. Tapi ia mengaku sudah pasrah dan menyadari bahwa sisa hidup yang harus dijalaninya tidak lama lagi. Saya terharu dan sedih mendengar pengakuannya itu. Sekarang ini ia sedang menghadapi cobaan hidup yang berat. Menurut saya, jika kesembuhan sudah tidak mungkin baginya, maka kepasrahan adalah sikap yang benar.
Keadaan kawan saya ini mengingatkan saya kepada pengalaman adik ipar saya beberapa tahun yang lalu. Suatu hari adik ipar saya jatuh sakit dan harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit selama kurang lebih dua bulan. Ketika ia keluar dari rumah sakit ia belum dinyatakan sembuh oleh dokter dan masih harus menjalani rawat jalan. Setelah hampir dua tahun menjalani rawat jalan dan masih belum juga sembuh, ia kemudian menempuh cara lain yaitu mengikuti program pengobatan alternatif. Selain daripada itu setiap saran dan nasehat keluarga dan kawan semua diikuti demi kesembuhan. Sholat hajat walau pun dengan susah payah melaksanakannya dan doa-doa mohon kesembuhan pun setiap saat dilantunkan, dari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tapi masih tak kunjung sembuh juga. Hingga suatu hari, di saat-saat ia hampir putus asa, ia mencoba melakukan perenungan diri. Ia tiba-tiba menyadari ' siapa diriku ini?' katanya, 'apakah hakku menuntut kesembuhan.' Ia merasa kecil di hadapan Allah. Ia menyatakan kepasrahannya kepada Allah dengan sepenuh hati dan kesadarannya, bahwa ia bersedia menerima apaun kehendakNya, sembuh atau tidak sembuh. Sejak itu ia mulai merasakan perubahan yang positif dalam dirinya, baik lahir maupun batin. Ia berangsur-angsur sembuh, demikian pula semangat hidupnya pun pulih kembali.

Selasa, 19 Mei 2009

JALAN LURUS

Islam adalah jalan. Dalam konteks ini merujuk as-sirath-al-mustaqim ( Q.S. Al Fatihah ayat 5 dan Yasin ayat 61 ). As-sirath artinya jalan, al-mustaqim artinya lurus. As-sirath-al-mustaqim artinya jalan yang lurus. Dalam matematika dikenal sebuah dalil yang mengatakan bahwa jarak terdekat antara dua buah titik adalah sebuah garis lurus. Jalan yang lurus adalah jarak terdekat antara hamba dengan tuhan.
Islam berarti menyerah. Jadi jalan yang lurus adalah jalan penyerahan diri. Penyerahan diri harus total, sampai hapus sama sekali. Kembali ke garis lurus, jika kita memandang sebuah garis lurus dari sudut pandang yang lurus maka garis itu tak terlihat lagi, yang nampak hanyalah sebuah titik karena kedua titik telah tertumpu menjadi satu. Itulah titik huruf ba dalam basmallah ( Bismillahir-rahmaanir-rahiim ). Bagian akhir dari sebuah hadits yang panjang berbunyi sebagai berikut : 'Seluruh yang terkandung dalam Al Qur'an terkandung dalam Bismillahir-rahmaanir-rahiim, seluruh yang terkandung dalam Bismillahir-rahmaanir-rahiim terkandung dalam huruf ba dan huruf ba itu sendiri terkandung dalam titik yang ada di bawahnya'.
Islam adalah jalan lurus, jalan penyerahan diri. Tak ada alternatif lain bagi kita kecuali memilih jalan ini, jika yang kita kehendaki adalah kedekatan yang sempurna dengan Allah.
Jika kita berada di jalan ini, taat dan setia di jalan ini, maka kita selaluberada dekat dengan Allah, seolah-0lah kita mendengar langsung Allah berfirman kepada kita : 'Sesungguhnya Aku dekat. Aku berada di mana kamu berada'.

Selasa, 12 Mei 2009

BAHAN RENUNGAN (2)

Hidup di dunia seperti menarik sebuah garis dari titik lahir menuju ke titik mati. Garis adalah tempat kedudukan titik- titik yang merapat. Dan setiap titik adalah ketentuan illahi. Pada saat ini kita masing-masing berada di suatu titik. Ruas antara titik lahir dan titik saat ini kita berada adalah masa lalu yang berisi ketentuan-ketentuan yang telah kita jalani, yang kini tinggal kenangan dan tak bisa kita ulangi. Sedangkan ruas antara titik saat ini dan titik mati adalah masa depan yang berisi ketentuan-ketentuan yang belum dan akan kita jalani. Kita hanya bisa berangan, berharap, berencana dan bercita-cita untuk masa depan, tapi yang akan berlaku adalah ketentuan illahi yang telah ditetapkan bagi kita. Inilah takdir. Masa depan adalah sisa hidup kita yang yang kita tak tahu panjang pendeknya.
Sebagai sebuah bahan renungan, saya tak ingin membahas hal ini panjang lebar. Saya pun tak ingin bernasihat kepada anda untuk menyikapi hal ini, tapi saya ingin menutup tulisan ini dengan sebuah pesan dari Rasulullah Nabi Muhammad S.a.w. : "Carilah duniamu seakan-akan engkau akan hidup seribu tahun lagi dan carilah akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok." (Al Hadits). Wassalam.

Minggu, 10 Mei 2009

CATATAN UNTUK DJOHAR MANIK BLOG

Anda adalah tamu pertama Blog ini yang meninggalkan komentar. Terima kasih dan saya sangat menghargai komentar anda.

Sabtu, 02 Mei 2009

TENTANG KEMATIAN

apakah bayangan kematian mebuatmu takut
berpisah dengan duniamu?
atau ngeri akan kegelapan liang kubur?

sesungguhnya jika kita sanggup menyelami
rahasia kehidupan ini
kematian bukan bayangan yang menakutkan lagi
tapi kemestian yang kaurindui
sebab apa arti kematian
jika bukan demi kelangsungan kehidupan